Pilihlah Calon Kades yang Suka Tirakat dan Tapa Brata
Kalibening, SuaraKalibening
Sebentar lagi warga desa Kalibening akan melaksanakan pesta demokrasi berupa pemilihan kepala desa , yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Juni 2019.
Sebagai warga asli desa Kalibening, walaupun saya tidak mempunyai hak pilih lagi, karena saya merantau di Jakarta, saya berharap pesta demokrasi yang akan dilaksanakan ini, benar benar akan menghasilkan pemimpin desa Kalibening yang sesuai dengan harapan sebagian besar masyarakat, yaitu pemimpin yang amanah, jujur, tegas, adil dan dekat dengan masyarakat.
Disamping itu kades terpilih nantinya adalah orang yang harus betul betul mengerti permasalahan di desa dan mampu mencari jalan keluarnya. Mampu melanjutkan pembangunan dan memiliki terobosan terobosan untuk bisa meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Memang apa yang saya sampaikan diatas adalah sesuatu yang gampang sekali diucapkan, akan tetapi akan sangat sulit sekali diwujudkan. Harapan harapan masyarakat terhadap Kades terpilih adalah sebuah keniscayaan, kalo saya boleh mengibaratkan seorang Kades adalah seperti orang tua bagi masyarakatnya, sehingga layaknya orang tua, tentu akan banyak mendapatkan permintaan permintaan dari anak anaknya.
Saya meyakini, bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik itu sangat sulit, butuh kekuatan baik fisik maupun mental. Fisik harus sehat, karena akan mengerjakan tugas tugas berat , mental juga harus kuat karena akan menghadapi berbagai macam karakter orang sedesa yang saya yakin berbeda beda.
Untuk itu, menjadi Kades harus siap lahir batin. Siap untuk mengabdi kepada masyarakat, bukan malah minta dilayani masyarakat. Jadi Kades harus jujur dan terbuka dalam mengelola keuangan desa, dan mampu menghindari terjadinya korupsi . Jadi Kades jangan gila hormat, tapi justru harus siap dikritik jika ada kebijakannya yang kurang pas, dan yang paling penting jadi Kades harus Siap bekerja keras, siang dan malam untuk menjadikan desa lebih maju, dan masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Berani maju mencalonkan diri menjadi Kades berarti siap mewakafkan dirinya untuk desa dan masyarakat. Apa apa yang saya sampaikan diatas, yang benar benar menjadi harapan masyarakat , harus menjadi tanggung jawab dunia akhirat. Jika ia mampu mewujudkannya, maka ia akan dikenang baik oleh masyarakatnya, namun jika sebaliknya maka masyarakatpun akan menilai.
Jadi pemimpin memang berat, makanya Panembahan Senopati ketika belio mau mendirikan keraton Mataram pertamakali, belio melaksanakan tapa brata dan melaksanakan lelaku yang begitu berat, hal ini tergambar dalam sebuah tembang sinom Parijotho, yang sampai saat ini menjadi pedoman bagi para pemimpin pemimpin di tanah Jawa. Tembang itu berbunyi:
Nuladho laku utomo
Tumraping wong tanah jawi
Wong agung ing Ngeksigondo
Panembahan Senopati
Kepati amarsudi
Sudanen howo lan nepsu
Penepsu topo broto
Tanapi ing siyang ratri
Amemangun karya nak tyas ing sasomo
Contohlah perilaku utama
Bagi kalangan orang Jawa
Orang besar dari Mataram
Panembahan Senopati
Yang tekun mengurangi hawa nafsu
Dengan jalan prihatin ( bertapa )
Serta siang dan malam
Selalu berkarya membuat hati tentram untuk sesama
Ini adalah pedoman bagi siapa saja yang mau madeg jadi pemimpin. Ternyata jadi pemimpin yang benar itu adalah yang mau tirakat, mau tapa brata, mengekang hawa nafsu, berani lapar, berani kurus bahkan berani jihad demi rakyatnya.
Jadi pemimpin hendaknya tidak karena ingin mengejar nafsu dunia, atau hanya menginginkan tahta atau kehormatan, hanya ingin harta apalagi wanita.
Semoga masyarakat semakin cerdas, untuk memilih siapapun calon yang terbaik , dimasa yang akan datang.
Sebentar lagi warga desa Kalibening akan melaksanakan pesta demokrasi berupa pemilihan kepala desa , yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Juni 2019.
Sebagai warga asli desa Kalibening, walaupun saya tidak mempunyai hak pilih lagi, karena saya merantau di Jakarta, saya berharap pesta demokrasi yang akan dilaksanakan ini, benar benar akan menghasilkan pemimpin desa Kalibening yang sesuai dengan harapan sebagian besar masyarakat, yaitu pemimpin yang amanah, jujur, tegas, adil dan dekat dengan masyarakat.
Disamping itu kades terpilih nantinya adalah orang yang harus betul betul mengerti permasalahan di desa dan mampu mencari jalan keluarnya. Mampu melanjutkan pembangunan dan memiliki terobosan terobosan untuk bisa meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Memang apa yang saya sampaikan diatas adalah sesuatu yang gampang sekali diucapkan, akan tetapi akan sangat sulit sekali diwujudkan. Harapan harapan masyarakat terhadap Kades terpilih adalah sebuah keniscayaan, kalo saya boleh mengibaratkan seorang Kades adalah seperti orang tua bagi masyarakatnya, sehingga layaknya orang tua, tentu akan banyak mendapatkan permintaan permintaan dari anak anaknya.
Saya meyakini, bahwa untuk menjadi pemimpin yang baik itu sangat sulit, butuh kekuatan baik fisik maupun mental. Fisik harus sehat, karena akan mengerjakan tugas tugas berat , mental juga harus kuat karena akan menghadapi berbagai macam karakter orang sedesa yang saya yakin berbeda beda.
Untuk itu, menjadi Kades harus siap lahir batin. Siap untuk mengabdi kepada masyarakat, bukan malah minta dilayani masyarakat. Jadi Kades harus jujur dan terbuka dalam mengelola keuangan desa, dan mampu menghindari terjadinya korupsi . Jadi Kades jangan gila hormat, tapi justru harus siap dikritik jika ada kebijakannya yang kurang pas, dan yang paling penting jadi Kades harus Siap bekerja keras, siang dan malam untuk menjadikan desa lebih maju, dan masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Berani maju mencalonkan diri menjadi Kades berarti siap mewakafkan dirinya untuk desa dan masyarakat. Apa apa yang saya sampaikan diatas, yang benar benar menjadi harapan masyarakat , harus menjadi tanggung jawab dunia akhirat. Jika ia mampu mewujudkannya, maka ia akan dikenang baik oleh masyarakatnya, namun jika sebaliknya maka masyarakatpun akan menilai.
Jadi pemimpin memang berat, makanya Panembahan Senopati ketika belio mau mendirikan keraton Mataram pertamakali, belio melaksanakan tapa brata dan melaksanakan lelaku yang begitu berat, hal ini tergambar dalam sebuah tembang sinom Parijotho, yang sampai saat ini menjadi pedoman bagi para pemimpin pemimpin di tanah Jawa. Tembang itu berbunyi:
Nuladho laku utomo
Tumraping wong tanah jawi
Wong agung ing Ngeksigondo
Panembahan Senopati
Kepati amarsudi
Sudanen howo lan nepsu
Penepsu topo broto
Tanapi ing siyang ratri
Amemangun karya nak tyas ing sasomo
Contohlah perilaku utama
Bagi kalangan orang Jawa
Orang besar dari Mataram
Panembahan Senopati
Yang tekun mengurangi hawa nafsu
Dengan jalan prihatin ( bertapa )
Serta siang dan malam
Selalu berkarya membuat hati tentram untuk sesama
Ini adalah pedoman bagi siapa saja yang mau madeg jadi pemimpin. Ternyata jadi pemimpin yang benar itu adalah yang mau tirakat, mau tapa brata, mengekang hawa nafsu, berani lapar, berani kurus bahkan berani jihad demi rakyatnya.
Jadi pemimpin hendaknya tidak karena ingin mengejar nafsu dunia, atau hanya menginginkan tahta atau kehormatan, hanya ingin harta apalagi wanita.
Semoga masyarakat semakin cerdas, untuk memilih siapapun calon yang terbaik , dimasa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar