Setiap Musim Kemarau Kekeringan di Kalibening Semakin Mengkhawatirkan, Harus Ada Upaya Penanganan Serius.
Kebumen SuaraKalibening
Kekurangan air yang dirasakan oleh warga Kalibening pada setiap musim kemarau makin mengkhawatirkan, hal ini ditandai dengan debet air di kali Cacaban saat musim kemarau makin berkurang drastis, sumur sumur warga juga kering, dan dari tahun ke tahun, kekeringan akibat musim kemarau di rasakan semakin meningkat secara signifikan.
Walaupun Kalibening belum terlalu parah kekurangan air karena sungai Cacaban masih menyimpan air di kedung kedung yang ada, namun jika hal ini jika tidak segera mendapatkan perhatian yang serius, maka tidak menutup kemungkinan dimasa yang akan datang Kalibening akan benar benar kesulitan air bersih.
Sebenarnya ada banyak cara untuk menjaga ketersediaan air bersih di Kalibening di saat musim kemarau, yang salah satunya adalah dengan cara memanfaatkan air hujan di waktu musim rendeng atau penghujan dengan cara menampungnya sebanyak mungkin untyk cadangan air bersih.
Sekarang ini, di setiap musim hujan, kita sering membiarkan air hujan berlalu begitu saja, padahal jika kita bisa mengelola air hujan dengan baik maka itu bisa menjadi cadangan air bersih disaat musim kemarau.
Air di kali Cacaban / doc poto
Salah satu cara untuk menyimpan air hujan agar bisa menjadi cadangan disaat musim kemarau adalah dengan cara membuat embung, atau penampung penampung air. Air yang begitu melimpah disaat musim hujan hendaknya jangan dibiarkan begitu saja mengalir ke sungai, namun dapat disimpan di dalam kolam kolam buatan atau embung yang dibuat diatas atas perbukitan. Hal ini telah terbukti cukup berhasil, seperti yang dilakukan dibeberapa daerah seperti Gunung Kidul dan lain lain.
Untuk membuat embung embung tersebut memang membutuhkan biaya yang besar, sehingga diharapkan ada campur tangan pemerintah untuk merealisasikan hal tersebut. Pemerintah desa melalui APBD sebaiknya memulai memikirkan hal ini, karena air adalah merupakan kebutuhan sangat vital bagi masyarakat.
Disamping itu, keberadaan biopori di sekitar rumah rumah warga juga sangat diperlukan. Biopori adalah berupa lubang yang dibuat dengan cara di bor, sedalam sekitar 10 m, lalu dibiarkan terbuka sehingga air hujan masuk dan tertampung di perut bumi. Biopori ini sangat besar manfaatnya untuk menjadi resapan air hujan sehingga air akan tersimpan di tanah. Jika setiap rumah warga sedikitnya punya dua atau tiga sumur resapan, maka kedepan kekurangan air dapat diatasi secara bersama sama.
Warga nguyang akibat kelangkaan rumput/doc poto
Satu lagi yang perlu diupayakan pemerintah untuk menjaga ketersidaan air adalah dengan program penghijauan kembali hutan hutan pemerintah di Kalibening, penanaman penanaman hutan dengan pohon pohon penyimpan air seperti pohon jati dan lain lain sepertinya harus segera di galakkan kembali, supaya hutan di Kalibening akan kembali hijau. Dengan normalisasi hutan hutan Kalibening, dan juga dengan mengoptimalkan keberadaan embung embung dan biopori maka ketersediaan air bersih akan terjaga.
Kekurangan air yang dirasakan oleh warga Kalibening pada setiap musim kemarau makin mengkhawatirkan, hal ini ditandai dengan debet air di kali Cacaban saat musim kemarau makin berkurang drastis, sumur sumur warga juga kering, dan dari tahun ke tahun, kekeringan akibat musim kemarau di rasakan semakin meningkat secara signifikan.
Walaupun Kalibening belum terlalu parah kekurangan air karena sungai Cacaban masih menyimpan air di kedung kedung yang ada, namun jika hal ini jika tidak segera mendapatkan perhatian yang serius, maka tidak menutup kemungkinan dimasa yang akan datang Kalibening akan benar benar kesulitan air bersih.
Sebenarnya ada banyak cara untuk menjaga ketersediaan air bersih di Kalibening di saat musim kemarau, yang salah satunya adalah dengan cara memanfaatkan air hujan di waktu musim rendeng atau penghujan dengan cara menampungnya sebanyak mungkin untyk cadangan air bersih.
Sekarang ini, di setiap musim hujan, kita sering membiarkan air hujan berlalu begitu saja, padahal jika kita bisa mengelola air hujan dengan baik maka itu bisa menjadi cadangan air bersih disaat musim kemarau.
Air di kali Cacaban / doc poto
Salah satu cara untuk menyimpan air hujan agar bisa menjadi cadangan disaat musim kemarau adalah dengan cara membuat embung, atau penampung penampung air. Air yang begitu melimpah disaat musim hujan hendaknya jangan dibiarkan begitu saja mengalir ke sungai, namun dapat disimpan di dalam kolam kolam buatan atau embung yang dibuat diatas atas perbukitan. Hal ini telah terbukti cukup berhasil, seperti yang dilakukan dibeberapa daerah seperti Gunung Kidul dan lain lain.
Untuk membuat embung embung tersebut memang membutuhkan biaya yang besar, sehingga diharapkan ada campur tangan pemerintah untuk merealisasikan hal tersebut. Pemerintah desa melalui APBD sebaiknya memulai memikirkan hal ini, karena air adalah merupakan kebutuhan sangat vital bagi masyarakat.
Disamping itu, keberadaan biopori di sekitar rumah rumah warga juga sangat diperlukan. Biopori adalah berupa lubang yang dibuat dengan cara di bor, sedalam sekitar 10 m, lalu dibiarkan terbuka sehingga air hujan masuk dan tertampung di perut bumi. Biopori ini sangat besar manfaatnya untuk menjadi resapan air hujan sehingga air akan tersimpan di tanah. Jika setiap rumah warga sedikitnya punya dua atau tiga sumur resapan, maka kedepan kekurangan air dapat diatasi secara bersama sama.
Warga nguyang akibat kelangkaan rumput/doc poto
Satu lagi yang perlu diupayakan pemerintah untuk menjaga ketersidaan air adalah dengan program penghijauan kembali hutan hutan pemerintah di Kalibening, penanaman penanaman hutan dengan pohon pohon penyimpan air seperti pohon jati dan lain lain sepertinya harus segera di galakkan kembali, supaya hutan di Kalibening akan kembali hijau. Dengan normalisasi hutan hutan Kalibening, dan juga dengan mengoptimalkan keberadaan embung embung dan biopori maka ketersediaan air bersih akan terjaga.